Â
Sosok Erika Putri, seorang TikToker ternama, menjadi sorotan tajam setelah video prank terhadap driver ojek online (ojol) viral di media sosial. Aksi Erika mendapat kecaman luas karena dianggap melecehkan profesi ojol.
Prank Kontroversial
Dalam video tersebut, Erika meminta driver ojol melakukan tugas rumah tangga seperti mengangkat galon air dan melakukan pekerjaan lainnya. Adegan yang paling memicu kecaman adalah saat Erika meminta driver mencium parfum di ketiaknya serta mengenakan pakaian minim dan ketat. Netizen menganggap tindakan ini tidak menghormati profesi ojol dan merendahkan martabat mereka.
Reaksi Publik
Publik bereaksi beragam terhadap video tersebut. Banyak netizen mengecam aksi Erika sebagai pelecehan dan eksploitasi. Meskipun ada yang melihatnya sebagai hiburan, mayoritas menilai konten tersebut tidak etis dan merugikan pihak lain.
Profil Erika Putri
Erika Putri adalah selebgram dan TikToker yang dikenal dengan konten prank-nya. Lahir di Jakarta pada 8 Maret 2001, Erika kerap membuat konten yang melibatkan berbagai profesi, termasuk kasir, satpam, dan driver ojol. Sebelum viral dengan video prank ojol, Erika sudah terkenal dengan konten ‘minta disuapin,’ di mana ia meminta orang asing menyuapinya makanan.
Erika juga pernah terlibat dalam kontroversi lain, seperti dugaan penghinaan terhadap klub sepak bola Persib Bandung. Dalam video yang diunggah pada 4 Juni 2023, Erika menunjukkan gestur provokatif dan pesan menghina terhadap klub tersebut, yang memicu kemarahan para pendukung Persib.
Tanggapan Hukum dan Etika
Aksi Erika menarik perhatian dari sisi hukum dan etika. Beberapa pakar hukum dan ulama menilai tindakan Erika melanggar etika sosial dan bisa dikenai sanksi hukum. Mereka menekankan pentingnya menjaga etika dalam pembuatan konten dan menghargai profesi orang lain. Prank yang melibatkan orang lain tanpa persetujuan dapat dianggap sebagai pelecehan.
Pelajaran dari Kasus Erika
Kisah Erika Putri menjadi pengingat pentingnya etika dalam bermedia sosial. Sebagai influencer, Erika diharapkan lebih bijak dalam membuat konten dan tidak memanfaatkan popularitasnya untuk merendahkan orang lain. Kejadian ini diharapkan menjadi pelajaran bagi semua kreator konten untuk mempertimbangkan dampak dari setiap karya mereka terhadap orang lain dan masyarakat.
>>>LINK<<<
Harapan untuk Media Sosial
Semoga ke depannya, media sosial dapat menjadi platform yang lebih positif dan inspiratif, bebas dari konten yang merugikan atau menghina pihak lain.
