Â
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FEB UGM bersama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KM UGM dan Badan Kebijakan Strategis Mahasiswa (BSKM) menggelar Diskusi Kebangsaan yang menghadirkan sejumlah narasumber ternama seperti Rocky Gerung, Refly Harun, Saut Sitomorang, serta Ketua BEM KM UGM, Gielbran M Noor, dan ekonom, Awally Rizki. Acara ini digelar di Kopi Nuri yang terletak di Jalan Anggajaya Condongcatur Kapanewon Depok Sleman pada Jumat (8/9/2023).
Namun, diskusi ini berlangsung dalam situasi yang sangat menegangkan. Sejumlah individu yang menentang kehadiran Rocky Gerung dan Refly Harun dengan keras berteriak-teriak dari luar area diskusi. Hanya barikade polisi yang memisahkan mereka dari peserta diskusi. Kelompok yang menyebut diri mereka sebagai "Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu" (PNIB) menentang keras kehadiran kedua narasumber tersebut dalam acara diskusi kebangsaan ini.
Ratusan petugas polisi, baik berpakaian preman maupun lengkap, tampak menjaga ketat kegiatan tersebut. Mereka berada di beberapa titik, baik di dalam maupun di luar lokasi diskusi.
Acara seharusnya dimulai pukul 14.00 WIB, tetapi pada pukul 14.30 WIB, belum juga dimulai. Sekitar pukul 14.45 WIB, sekelompok massa muncul dengan membawa spanduk yang berisi tulisan "Yogyakarta Kota Pelajar, budaya dan Bermartabat. Tolak Rocky Gerung dan Refly Harun." Mereka membentangkan spanduk penolakan kehadiran kedua narasumber tersebut di pintu masuk Kopi Nuri. Massa tersebut berdiri di depan pintu masuk, hingga akhirnya Ketua Panitia dan sejumlah rekan dari peserta diskusi mendatangi mereka.
Dalam pengawalan yang ketat, terjadi perdebatan panjang mengenai penolakan terhadap Rocky Gerung dan Refly Harun. Akhirnya, disepakati bahwa acara tetap berlangsung, tetapi kedua narasumber tersebut tidak diperkenankan hadir.
Setelah kesepakatan tersebut, massa tetap berada di halaman parkir dengan membentangkan spanduk. Awalnya, situasinya masih tenang, tetapi sekitar pukul 15.30 WIB, diskusi dimulai, dan ternyata Rocky Gerung dan Refly Harun telah berada di dalam ruangan.
Ternyata keduanya masuk melalui pintu belakang Kopi Nuri, yang memiliki akses melalui Kafe Basa-Basi yang berada di belakangnya. Mereka berhasil menghindari kerumunan massa yang berada di pintu utama.
Setelah mengetahui bahwa Rocky dan Refly berada di dalam, massa berusaha merangsek masuk, tetapi pintu utama Kopi Nuri ditutup, membuat para penolak harus berjalan melalui jalur yang lebih panjang menuju lokasi diskusi yang berada di halaman belakang Kopi Nuri.
Situasi semakin memanas ketika Rocky Gerung menjadi pembicara. Teriakan penolakan semakin keras, dan terjadi adu argumen antara Rocky Gerung di podium dengan massa penolak yang berada di luar. Namun, beberapa kali Rocky Gerung berhasil meredam argumen para penolak tersebut, dan hal ini mendapat tepuk tangan dari peserta diskusi.
Namun, emosi para penolak tak terbendung, dan salah satu dari mereka melemparkan botol air mineral yang masih berisi separuh ke podium, mengenai leher Refly Harun. Ini memicu reaksi marah dari peserta diskusi, yang berusaha merangsek ke arah pelaku.
Namun, narasumber dan moderator berhasil meredam emosi para peserta diskusi, dan mereka berteriak meminta aparat keamanan untuk menangkap pelaku yang melempar botol air mineral tersebut.
Diskusi akhirnya dihentikan oleh moderator karena situasi yang sudah tidak kondusif. Acara berakhir pukul 16.30, lebih awal dari jadwal yang seharusnya pukul 17.00 WIB. Ketua panitia meminta peserta untuk mengawal Rocky Gerung keluar dari lokasi diskusi. Rocky Gerung terlihat berlari dan melompati beberapa tanaman padi yang sudah dipangkas menuju mobilnya yang berada di belakang Kopi Nuri, di halaman parkir Kafe Basa-Basi.
Para mahasiswa yang menghadiri diskusi merasa berhasil menyelenggarakan acara ini dengan sukses meskipun ada penolakan kuat terhadap kehadiran Rocky Gerung dan Refly Harun. Sementara itu, perwakilan dari PNIB, Fajar Yoga, mengatakan bahwa sikap mereka tetap konsisten, yaitu untuk menghalangi kehadiran kedua narasumber ini di acara di Yogyakarta, karena Yogyakarta dianggap sebagai kota istimewa yang memiliki budaya yang berharga.
Fajar menegaskan bahwa meskipun sudah ada permintaan maaf dari Rocky Gerung yang dipublikasikan, mereka tetap ingin menegakkan hukum. Hal yang sama berlaku untuk Refly Harun.
"Mereka boleh mengikuti acara tersebut, tetapi jangan sampai nama Rocky Gerung dan Refly Harun masuk. Itu saja," ungkapnya.
Fajar juga mengingatkan bahwa sikap mereka sudah dilakukan sebelumnya di Godean, dan itu menjadi gerakan mereka ketika merasa bahwa Rocky Gerung telah merusak simbol negara dan mengeluarkan pernyataan yang dianggap tidak pantas.
"Jadi, biar Jogja tetap kondusif, kita tidak boleh salah dalam memberikan pelajaran," tambahnya.